Resensi Novel Gadis Jeruk: Menyelami Masa Orang Tua
Judul buku : Gadis
jeruk
Pengarang : Jostein Gaarder
Tebal buku : 252 halaman
Penerbit : Mizan
Pengarang : Jostein Gaarder
Tebal buku : 252 halaman
Penerbit : Mizan
Terkadang
kita jarang memperhatikan bagaimana proses kehidupan orang tua kita dulu. Kita
terlalu sibuk dengan urusan kita. Kita lebih asyik mempersiapkan diri kita
tanpa melihat pengalaman orang tua. Orang tua, terutama ayah dan ibu adalah
orang yang sangat dekat dengan kita. Dari merekalah hidup kita bermula,
merekalah yang merawat dan membimbing kita sejak kecil.
Novel
Gadis Jeruk adalah kisah seorang gadis yang sangat membuat Jan Olav sangat penasaran.
Hal ini bermula saat Jan Olav menaiki sebuah trem . ia melihat seorang gadis
yang membawa sekantong jeruk yang berwarna orange ini. Melihat pemandangan itu
Jan Olav begitu terkesima. Hingga akhirnya ia menolong gadis jeruk itu yang
hampir terjatuh. Namun tidak dengan barang bawaannya, jeruk-jeruk yang dibawa
sang gadis terjatuh dan berhampuran di lantai . gadis itu marah dan pergi.
Kejadian
itu membuat Jan Olav ingin berjumpa lagi dengan gadis jeruk. Mereka akhirnya
bertemu setelah banyak perjuangan yang dilakukan Jan Olav seorang mahasiswa
Kedokteran itu. Namun, dari perjumpaan mereka itu timbul banyak keganjilan.
Gadis jeruk itu seusai bertemu dengannya selalu menangis. Selama berjumpa
mereka tak banyak bicara, singkat, tapi aneh. Belum lagi hingga akhirnya si
Gadis mengetahui siapa dirinya. Hal inilah yang membuat Jan Olav semakin
semangat mencari tahu.
Kisah
karya ini membuat pembaca ingin membacanya terus-menerus. Penulis menggambarkan
ceritanya dengan gambling. Jujur saja, saya sangat jarang membeli maupun
membaca novel karya luar negeri karena kadang takut salah pilih. Saya buku ini
karena tidak sama dengan novel karya penulis luar negeri lain yang biasanya
menggumbar kata-kata yang tidak senonohnya. Sedangkan di dalam buku ini tidak.
Itu sebabnya saya suka.
Cerita
gadis itu diceritakannya pada anaknya yang saat itu sudah berumur 15 tahun.
Namun, pada saat itu Jan Olav sudah meninggal. Cerita gadis Jeruk itu ia
ceritakan pada anaknya lewat surat yang ia tulis sebelum ia meninggal dan
meletakkannya dalam kereta si anak. Tentu saja, Geog, sang anak penasaran dan
ia membaca habis cerita ayahnya.
Yang
membuat saya senang membaca cerita ini adalah, tidak seberapa banyak tokoh yang
diperlihatkan di sini. Hanya beberapa saja, namun penulis mampu membuat
ceritanya hidup. Itu sangat penting bagi penulis pemula seperti saya, hehe.
Tak
banyak kelemahan yang dapat dari cerita ini, paling hanya beberapa redaksi yang
salah tulis dan kurgan tepat dalam terjemahannya. Untuk alur cerita, penulis
puas membacanya.
Selain
itu, buku ini juga memberi pesan kepada kita bahwa ketika kita dewasa bukan
berarti kita meninggalkan orang tua dan tak membutuhkannya lagi. Dengan
mengetahui pengalaman hidup orang tua kita, kita akan dapat berkaca diri dan
mengambil pelajaran. Kita perlu mendengar bagaimana orang tua kita dulu semasa
muda.
Tidak
dengan buku-buku lain yang biasanya mengumbar cinta pranikah. Cerita ini cerita
pengalaman orang tuanya kepada anaknya yang patut didengar. Terakhir, cobalah
untuk bertanya bagaimana pengalaman orang tuamu semasa muda dulu. Kemudian kita
akan bersyukur.
Komentar
Posting Komentar