Kitakah yang disebut Musuh
Semakin hari semakin bertambah usia. Semakin lama hidup semakin kita mengetahui bahwa apa yang selama ini kita yakini belum tentu kebenarannya. Saat itu pula kita menyadari ada yang salah pada diri kita. Kita mulai mencari keping-keping kebenaran. Walau harga mendapatkan itu banyak hal yang terkorbankan. Banyak hal yang hilang. Banyak hal yang pergi. Tapi kebenaran itu semakin nyata. Kita tidak bisa pungkiri bahwa kebenaran akan datang juga. Dan semua yang telah terjadi bagai putaran biang lala sehingga membuat mata silau penuh kekhilafan. Pikiran menerawang. Menghubungkan setiap waktu dan peristiwa. Sungguh malang. Begitu banyak dosa. Begitu banyak ketidaktahuan. Maka diri mulai bertanya. Apakah diri ini musuh yang sebenarnya? Musuh bagi agamanya? Musuh bagi bangsanya? Musuh bagi dirinya sendiri? Ataukah selama ini diri yang membuat segalanya melamban. Semakin buruk bahkan menghancurkan. Ataukah diri ini yang sebenarnya terpukau dengan dunia hingga lepas kendali dan melayang. Sungguh